Monday, July 26, 2010

NO PLAN is a good plan for this trip

A trip without a plan

Inilah dia yang namanya jalan-jalan nggak pake rencana. Janjian ketemu di Pelangi - Sky dining hari itu kamis 27 May 2010 jam 9 melam dengan perlengkapan seada-adanya, tanpa tujuan. Berbekal buku Lonely Planet (LP) Indonesia-nya teman saya Itong, saya , felis, ratih dan glo yang datang di detik-detik terakhir pun mulai menentukan pilihan. Sebelum akhirnya sepakat kalo kita berangkat ke garut malam itu juga. Kenapa garut? Tadinya pilihan pertama jatuh kepada Lampung, which is lumayan jauh. Pilihan kedua, ke Cirebon. Karena terbersit keiinginan untuk merasakan kuliner nya. Tapi entah kenapa pilihan akhirnya jatuh ke Garut. Jadilah kami jam 11 malam berangkat ke terminal kampung rambutan, langsung ke tempat tujuan.

Sesampainya di terminal garut sekitar jam 5 pagi, langsung dikerubutin sama calo-calo terminal sana. Tapi dengan santainya kami malah nongkrong di warung kopi, sambil sarapan makan bubur kacang hijau sampai ada yang numpang sikat gigi segala lagi. Haha! Sambil ngintip buku LP lagi, baru deh ketauan kalo di garut tuh banyak tempat yang bisa didatengin, tapi tentunya gak bisa semuanya dikunjungi hanya dalam waktu 3 hari bukan? Setelah nanya-nanya sama yang punya warung, kemana enaknya tempat terdekat dari terminal akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan ke Candi Cangkuang. Kira-kira perjalanan ditempuh selama satu jam naik angkot. Karena masih pagi, angkot yang kita naiki masih kosong. Untuk bisa sampai ke Candi Cangkuang ternyata harus melewati jalan yang tidak dilalui angkot apalagi delman. Padahal delman pun baru muncul sekitar pukul 11 siang. Kami pun akhirnya mencarter angkot untuk bisa sampai kesana. Di lokasi candi, langsung terasa suasana pedesaan yang amat sangat berbeda dengan hiruk pikuk daerah perkotaan. Kami tidak menghabiskan waktu lama disana, karena ternyata candinya tidak sebesar yang dibayangkan. Yang menarik disana hanyalah bagaimana caranya agar kita bisa sampai ke candi. Karena untuk menggapai lokasi candi yang memang berada di seberang danau,  kami pun harus menggunakan rakit. Nah, setelah perut terasa agak lapar kami pun beranjak pergi dari sana dan ternyata lagi-lagi karena hari masih terlalu pagi, sampai saat itupun belum ada kendaraan yang bisa membawa kita keluar dari lokasi tersebut. Kami pun melanjutkan perjalanan yang kalau ditempuh dengan kendaraan saja sekitar 15 menit. Tapi kami tidak punya pilihan selain berjalan kaki. Niatan untuk hith hike pun gagal, setelah tidak beberapa lama kami menemukan delman yang memang merupakan kendaraan andalan daerah sana untuk membawa kami keluar area candi. Sambil celingak-celinguk mencari sarapan, kita pun melanjutkan perjalanan ke Pantai Pamempeuk. Di sepanjang perjalanan sambil menunggu angkot untuk kembali ke terminal, terlihat beberapa penjual kupat tahu yang terasa begitu menggoda iman. Tapi sayangnya stok makanan mereka telah habis, karena mereka memang mulai berjualan dari subuh. Akhirnya karena perut sudah mulai berontak minta diisi, kita mampir ke warung nasi terdekat yang rasanya 'hanya' lumayan untuk mengisi perut.

Untuk sampai ke Pantai Pamempeuk, dari daerah candi cangkuang dibutuhkan waktu setidaknya 3 sampai 4 jam, itu pun waktu yang dihitung mulai dari terminal. Total waktu yang dibutuhkan adalah 5 jam. Melirik jam tangan yang saat itu menunjukkan pukul 9 pagi, kita pun memperkirakan akan sampai ke pantai sore hari maka tanpa ragu-ragu kita melanjutkan perjalanan lagi dengan Elf yang berfungsi sebagai angkutan umum itu ke terminal. Sampai terminal, barulah perjalanan kami berlanjut menuju pantai pamempeuk. Ternyata teori perkiraan kita yang semula hanya 5 jam itu molor karena Elf tumpangan kami itu ternyata berhenti di banyak tempat sesuai keinginan penumpangnya. Dan akhirnya saya pun menikmati perjalanan itu dengan tidur sepuas-puasnya dengan posisi duduk yang se tegak-tegaknya sambil memangku ransel tentunya. Akhirnya setelah melewati jalanan yang berliku-liku, berupa tanjakan dan turunan sampai lah kita di tempat tujuan kedua ini dengan selamat (meskipun badan mulai terasa pegal-pegal akibat posisi tidur yang sangat absurd itu, hehe).

Sampai di lokasi pantai, banyak yang mewarkan penginapan yang ngakunya sih ada fasilitas ini dan itu. Tapi kami yang udah bosen duduk di mobil berjam-jam itu pun melangkahkan kaki langsung ke pantai. Dan wohohow, pantainya ternyata dilatarbelakangi oleh pemandangan gunung yang terlihat berlapis-lapis dari kejauhan. Ngeliat pemandangan kaya gitu aja rasanya langsung hilang semua rasa pegal-pegal yang saya rasakan, dan sempet juga lupa bahwa kita belum menentukan untuk menginap dimana malam itu. Setelah sadar hari semakin sore, barulah kita mulai mencari penginapan yang harganya rata-rata berkisar 70 ribuan per kamar, maka menginaplah kita disana malam itu. Setelah selesai mandi dan bersih-bersih kita berniat menghabiskan sisa sore itu di pantai dengan masing-masing sibuk menenteng kamera dan siap untuk menjepret sana-sini. Sayangnya, karena cuaca saat itu agak mendung sunset yang tadinya kita pikir akan menambah suasana kehangatan itu pun gagal kita dapatkan. Sebagai gantinya kita pun mengisi waktu dengan foto-foto narsis sepuasnya. Hehe..Gak kerasa waktu udah hampir malam, kami pun memutuskan untuk makan besar malam itu dengan ikan bakar yang ukurannya lumayan besar, nasi dengan wadah besar dan juga piring yang agak besar juga diameternya (lebay). Untungnya di dekat penginapan ada rumah makan yang menyediakan makanan sesuai dengan apa yang kita impikan itu. Acara makan malam pun berlanjut dengan obrolan ringan tentang rencana esok hari yang akan dilanjutkan ke daerah kampung naga. Setelah makan? Jangan ditanya, semua langsung tertidur pulas karena mengingat besok pagi harus udah berangkat untuk melanjutkan perjalanan.

Kampung Naga, is our last destination at Garut. Tadinya kita ngga ada yang punya rencana buat nginep di kampung naga. Hujan, mati lampu, dapet tempat nginep di rumah penduduk pula. Emang sih kayanya mereka ngga tega gitu buat ngijinin 5 cewek baik hati dan rajin menabung ini *halah* buat pulang ke Jakarta malem-malem. Dan pas mau pulang ternyata tuan rumah udah nyiapin sarapan buat kita. Hajarrrr!ngga tau kenapa saat itu nasi hangat, ikan asin, sambal goreng dan tahu goreng kenapa bisa seenak itu...hmmm, yummy! jadilah kita semua pulang ke Jakarta dengan perut kekenyangan.

Well sometimes with no plan and just do it we could find many new experiences and learn to accepted about what happend

sekolah dan guru kehidupan


Apa yang dimaksud dari sekolah kehidupan dan apa itu guru kehidupan?

Bukan sekedar kata-kata, tapi mengandung makna yang begitu dalam untuk saya. Literally, sekolah macam begini setau saya sih ngga ada dimanapun. Kalo aja ada yang bilang ada, tolong kasihtau saya yah karena saya serius banget pengen jadi murid di sekolah itu. Bisa dibilang yang menjadi kepala sekolah itu adalah orang yang bisa memberikan inspirasi dalam menjalani kehidupan, dan kita adalah murid-muridnya.


kata-kata “sekolah kehidupan” terlintas dalam pikiran saya as a flash back memories yang waktu itu ceritanya lagi dimarahin sama alm. Ayah saya. Beliau sering mendoktrin saya dengan masukan-masukan positif dalam hidup saya. Salah satu kata-katanya yang saya ingat sampai sekarang adalah di kalimat akhir setelah Ia memarahi saya karena suatu hal, ”...inget ya, apa yang saya bicarakan barusan itu adalah pelajaran yang tidak akan kamu dapatkan disekolah manapun”. Dan entah kenapa, kata-kata itu kembali muncul di ingatan saya.


apa pelajaran yang bisa diambil dalam hidup?
bisa dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang lain. making friend, traveling, always see the new things in life, learn from other culture, expect the unexpected! Definitely will make your life much more better and brighter. Don't you believe that? Salah satu caranya? Memperbanyak teman, entah itu seumuran, lebih tua, lebih muda, lawan jenis atau sesama jenis. Tuhan menciptakan manusia itu berbeda-beda, tidak ada manusia di dunia ini yang persis sama secara total meskipun kembar sekalipun. Lagian banyak banget manfaatnya kalo kita punya banyak teman dari berbagai macam kalangan.  


Belajar dari pengalaman orang lain, supaya bisa mendapatkan 'short cut'?
semua orang pastinya ingin punya short cut untuk segala hal, apalagi saya yang boleh dibilang lebih banyak gak sabaran-nya daripada sabar yang benar-benar sabar. Dan tidak semua orang tau bagaimana cara yang tepat untuk mendapatkan shot cut itu. Hmm, kalo menurut saya sih kenapa ngga belajar aja dari orang-orang yang telah berpengalaman, siapapun orang itu. Ngga menutup kemungkinan kalau orang itu adalah orang yang lebih muda dari kita walaupun yang sering ditemui adalah berbagi pengalaman dengan orang yang lebih tua tentunya.

Kalo katanya ...berjalan diatas salju dengan mengikuti jejak kaki yang sudah ada, pasti akan lebih mudah daripada memulai langkah baru.


Saya percaya bahwa kalian adalah para pembaca yang sangat kreatif dalam menemukan "short cut" itu dan pastinya udah tau dong kalo sering mengutarakan pendapat itu berarti kita udah mengeluarkan apa yang kita pikirkan. Kalau apa yang kita utarakan itu mendapat feedback, berarti topic yang kita tawarkan menarik kan? Dan kalo ada perbedaan pendapat itu wajar dan sah-sah aja, karena itu membuktikan kalau dari berapa trilyun penduduk bumi ini, sebagai manusia memiliki isi kepala yang berbeda-beda pula. As simple as that :) 


Never too old to feel youngerBukan maksud untuk melawan gaya gravitasi kalimat barusan bahasa kerennya, ngga akan pernah terlalu tua untuk merasa lebih muda. Dengan berasa muda dan merasa seperti anak kecil yang sangat curious dengan segala hal yang ada didepan mata, saya percaya kalau akan banyak banget ilmu yang bakalan kita dapetin dari orang-orang sekitar kita yang bukan ngga mungkin adalah our circle of friends, atau mungkn bahkan orang yang baru saja kita kenal.


Jadi buat siapapun yang baru lulus sekolah, lulus kuliah,  jangan keburu bangga duluan karena sebenarnya itu bukan sekolah yang sebenar-benarnya lulus. Karena setelah itu akan terus ada ujian lain di sekolah yang dalam bentuk kehidupan yang sebenarnya, dimana tidak ada satu pun ilmunya didapatkan di jenjang pendidikan tapi kunci jawabannya bisa didapatkan di buku pengalaman, selama kita jadi murid di sekolah kehidupan.