Memotret makanan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Untuk menghasilkan foto yang baik, fotografer tidak dapat bekerja sendirian. Bukan hanya dengan menguasai teknik fotografi / lighting saja namun juga dibutuhkan kerjasama yang baik antara fotografer dengan food stylist. Karena sehandal apapun fotografer, ada detail-detail makanan tersebut yang tidak dapat dikerjakan sambil memotret. Seperti lelehan mentega atau sirup yang dituangkan diatas sebuah pancake atau tata letak makanan serta dekorasi yang sesuai dengan tema pemotretan. Bahkan diperlukan efek digital imaging setelah proses pemotretan selesai. Untuk membuat foto tersebut sesuai dengan ekspektasi klien.
Dalam hal ini, kepuasan klien merupakan target utama dari hasil pemotretan. Karena klien lah yang menentukan tujuan pemotretan dan terkadang menentukan tema. Namun bukan berarti sebagai fotografer, hanya menyerahkan segala ide dan konsep kepada klien. Karena seorang fotografer haruslah memiliki imajinasi akan konsep dalam setiap pemotretannya.
Tantangan dalam membuat Food Photography adalah bagaimana caranya membuat foto tersebut menjadi menarik dan mengundang selera. Karena kalau tidak mengundang selera, foto tersebut bisa dianggap gagal.
Tujuan food photography adalah untuk dipakai dalam iklan, kemasan, menu restoran atau buku resep masakan.
Dalam memotret makanan, lebih baik dilakukan di studio. Menurut Mas Puji Purnama sebagai food styllist disaat pemotretan sangat disarankan untuk menggunakan tripod. Kemudian Mas Roy Genggam pun menambahkan untuk menggunakan light meter disaat pemotretan. Tripod dan light meter diperlukan agar disaat pemotretan fotografer dapat mengukur cahaya lampu studio sehingga pengaturan komposisi makanan yang dikerjakan dengan bantuan food stylist pun tidak berubah-ubah setiap pengambilan foto. Karena untuk mengatur komposisi makanan sesuai tema saja diperlukan waktu yang tidak sedikit.
Menurut Mas Roy Genggam, didalam memotret makanan tidak bergantung kepada kamera. Kamera hanya alat yg menunjang ide kita. Yang paling penting adalah konsep dikepala serta imajinasi yang dimiliki fotografer. Dalam fotografi makanan semua lensa bisa dipakai, tergantung kebutuhan dalam pencapaian hasil.
Satu lagi pesan dari beliau adalah didalam memilih bidang foto yang ingin diperdalam, harus sesuai dengan karakter masing masing. Orang yang mudah bergaul, suka berkomunikasi sebaiknya memotret jurnalistik “people”/fashion. Yang introvert, pendiam lebih pas memotret still life, wild life.
Selama workshop berlangsung, peserta diberikan kesempatan untuk memotret 3 tema. Piknik, dessert dan bumbu masakan. Ketiga tema foto ini telah di tata sedemikian rupa oleh Mas Puji Purnama. Dan peserta hanya boleh memotret tanpa merubah posisi objek foto.