Saya selalu suka warna pelangi. Pesona warna transparant nya yang menawan membingkai bumi di birunya awan dengan warna merah, kuning, hijau ini sukses memikat banyak orang untuk menjadi inspirasi mereka dalam membuat lagu, film, lukisan dan masih banyak lagi hasil karya seni lainnya yang terinspirasi dari pelangi.
Kisah tentang pelangi pertama kali saya denger adalah waktu kecil (masih tk) dibawakan dalam sebuah lagu anak-anak yang entah berjudul apa, berlirik “Pelangi-pelangi alangkah indahmu..merah kuning hijau..dilangit yang biru..pelukismu agung..siapa gerangan..pelangi-pelangi..ciptaan tuhan” . Saya rasa lagu ini memang salah satu cara para orang tua untuk mengenalkan keagungan tuhan dengan cara sesimpel mungkin dan pastinya bakalan gampang diingat plus dinyanyiin anak2nya.
Kayanya semakin panjang umur bumi, semakin jarang saya bisa bertemu dengan pelangi yang bertengger manis di awan setelah hujan turun. Padahal seinget saya sewaktu kecil sering banget saya berteriak kegirangan setelah hujan turun. Karena ngga jarang saya bisa menemukan pelangi muncul diawan yang entah karena pesona warnanya yang full color itu sehingga ’menyihir’ saya yang ketika itu masih kecil untuk tertarik untuk melihatnya.
Salah satu alasan kenapa pelangi jarang ditemui di akhir-akhir musim hujan ini mungkin juga karena makin tebal nya polusi yang ada di kota jakarta ini jadi membuat si pelangi betah ngumpet dibalik asap. Alasan yg cukup logic bukan? Secara tingkat polusi di Jakarta bukannya berkurang malah semakin bertambah. Hmm, makin banyak saja sumbangan kerusakan yg kita kasih ke bumi yah. Okay, back to the topic...Herannya perasaan saya pas ngelihat pelangi dari waktu saya kecil sampe sekarang masih ngga ada bedanya. Sampe sekarang ini saya masih saja takjub sama keindahan warna pelangi saat dia muncul, karena menurut saya kesempatan untuk melihat pelangi termasuk kesempatan yang ngga bisa didapat tiap hari. Bedanya cuma sekarang saya udah bisa mengoperasikan kamera saja kali yah, jadi sebisa mungkin saya akan mengabadikan munculnya pelangi.
Kisah kedua yang saya tau tentang pelangi diwaktu kecil adalah dalam bentuk mitos. Konon kabarnya, pelangi itu adalah selendang dari 7 bidadari yang turun ke bumi setelah mereka mandi-mandi disungai dan meninggalkan 7 warna-warni itu yang secara kasat mata kelihatannya ada tiga warna itu. Kenapa bidadari? Pasti karena warnanya yang indah itulah jadi pelangi dikonotasikan dipunyai oleh para bidadari yang pastinya emang cantik-cantik pula.
Tapi secara ilmiah pelangi itu sebenarnya adalah pembiasan cahaya matahari setelah turunnya hujanya yang terpancarkan bagai prisma segi enam sehingga menghasilkan 7 warna indah nya merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, ungu.
Buat saya indahnya warna pelangi ngga cuma untuk bisa saya lihat dan difoto saja, tapi juga bisa mengandung sebuah makna filosofi ala saya sendiri yaitu ‘filosofi pelangi’ yang bermakna rainbow is the color of my life. Yup! I think my life was so colorful like a rainbow color. Jadi warna-warni pelangi yang biasanya muncul setelah hujan lebat itu saya samakan dengan sebuah masalah yang baru saja bisa terselesaikan akan menimbulkan suatu keindahan yang bernama pelangi, so it’s just like one of a thousand happy ending story on my life. Bisa berarti gini juga sih, seberat apapun masalah yang dihadapi pasti akan ada keindahan tersembunyi dibalik semua yang ada didepan mata. Tapi memang harus sedikit usaha buat kita mencari dimanakah keindahan itu berada. Karena kita sering terpaku oleh masalah itu-ituuuu aja dan bahkan mengeluh yang ngga ada habisnya. Padahal, itu semua cuma bikin tambah pusing dan membuat masalah makin susah untuk diatasi. Kalo menurut saya sih cara yang paling gampang cukup percaya dan yakin aja dulu sama keindahan yang bakalan dateng nantinya, iyakan?
Hmmm,pas lg menulis ini saya lagi kangen-kangennya pengen ngeliat pelangi. Tapi kalo saja memungkinkan bisa ngeliat pelangi dimalam hari, saya pengen pelangi itu bertabur sparkling glitter plus bintang-bintang kecil di sekelilingnya, jadi saya akan tetep bisa melihatnya didalam kegelapan..huehehehe..ngayal!
Terakhir saya melihatnya sekitar 1 tahun yang lalu, tepatnya waktu itu masih ngantor di pondok indah. Saat itu sehabis hujan rintik-rintik dan siang sudah berlalu dan berganti sore seperti biasa saya dan teman-teman makan soto yang cukup terkenal di depan masjid pondok indah. Dan saat itulah saya melihat pelangi yang tetep keren walaupun mau ngga mau pelanginya jadi melatarbelakangi arus lalu lintas yang lalu-lalang di daerah pondok indah. Sambil memandang takjub, saat itu juga saya mulai memberdayakan ponsel kamera saya untuk mulai memotretnya. Senangnyaaaaaa, bisa dapet foto pelangi asli dari jepretan tangan saya sendiri..hehehe, norak ya? Seharusnya gue jadi rainbow hunter saja kali ya, yang kerjaannya kemana-mana bawa kamera dan hunting pelangi buat di foto (sambil mikir, ada beneran ngga ya profesi kaya gitu?). Sebenernya salah satu yang jadi obsesi saya adalah bisa travelling keliling dunia dan berhasil mendapatkan foto-foto pelangi hasil jepretan tangan saya sendiri, entah itu di pegunungan pantai pinggir sungai selama memungkinkan, pasti akan saya foto.
Kalo katanya Lao Tzu, sih ”A thousand mile journey begins with the first step”. Yah, siapa yang nyangka kalo perjalanan saya mencari pelangi itu akan bermula dari jalan-jalan kecil yang cuma berjarak beberapa meter dari kantor?